Sore Kala Itu
Hampir hampir payah
tubuhku
Di sore hari kala itu
Keseharian menuntutku
tak ubah layaknya robot tanpa mesin
Monoton sekali ungkap
sang hati dengan yakin.
Sisi lain sepasang
bola mata mengungkap hal yang berbeda
Di ujung jalan
terlihat bapak tua renta
Mengayuh sepeda
menjajakan dagangan yang seadanya.
Hey hati yang lelah,
mengapa diam saja?
Merasa bersyukur
rupanya.
Tak Berdaya
Kemarin tampak gagah
dan memesona
Angkuh bak raja singa
Kita bisa apa?
Bila sememsta berbicara
Semua luluh lantak
tak tersisa
Hanya ada air mata
dan nestapa
Kita tak berdaya.
Hujanku
Hujanku menari-nari
dengan fasih
Mengiringi peluh yang
tertatih
Menghapus sendu yang
seketika luruh
Menemani bayang yang
ingin ku tempuh
Menunggu reda hingga pelangi
tiba
Semoga...
Ibukota
Malammu lelap tak
seperti ibukota yang gemerlap
Siangmu senyap tak
seperti hiruk pikuk yang pengap
Angin pun menyambut
teduhnya harimu
Berkata bisakah kau
buat ramai agar tak jemu?
Buat apa?
Sunyiku penuh arti
Ramaimu hanya semu.
Manusia Mencari Apa?
Aku heran
Apa yang dicari
manusia masa kini?
Semua perlahan terasa
berubah
Kecilku dulu semua
orang terlihat baik di pandangan.
Tapi sekarang...
Entahlah, ada yang
berbeda dan tak lagi sama
Nanar bingung melihat
manusia dengan keegoisan, keserakahan, kekerasan, kepayahan, kedengkian.
Semua ini dipakai
dalam keseharian
Jadi sebenernya apa
yang mereka cari dengan itu semua?
●Gpd●
#puisiGaluh #tulisanGaluh #GPD
Mohon utk mencantumkan sumber, jika ingin share. Terimakasih 😊
Test
BalasHapus